friendship for forever....


About Me

Foto saya
Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia
Simply is beautiful...Diam dengan Kata

Sabtu, Januari 26, 2013

I'll make it up to Her

Awalnya ku masih tak mengapa sampai akhirnya rasa lelah menghampiri, dan saat iman ku sedang goyah, atau mungkin memang masih dangkal sehingga dengan mudahnya ia masuk mengobrak-abrik emosiku, sampai akhirnya...

Pernah ku merasa sedih dengan keadaanku saat ini, saat melihat semuanya sedang dalam proses meraih mimpi mereka
tapi aku, aku tertahan disini, oleh sesuatu dan tanggung jawab
pernah ku merasa kesal lalu bertanya kenapa aku?
saat itu setan dengan mudah merayuku dengan bisikannya, memperalatku saat aku sedang desperate

Pernah ku marah, saat melihat mereka membebaniku dengan sebuah tanggung jawab yang seharusnya menjadi tanggung jawab mereka
Saat itu aku berpikir, aku masih muda, aku punya bakat yang harus ku asah, tidak seperti ini hanya jalan di tempat bahkan bisa dibilang kini ku makin tertinggal 

Sampai akhirnya ku sesali semua itu, ku marah pada diriku yang tlah berpikir dan berprasangka seperti itu...

Ku terlalu egois, terlalu memikirkan dunia ku dan kebahagiaan dunia yang hanya sementara ini

Ku sadari akhirnya, ada hal yang lebih indah dari sekedar mimpi ku itu

Suatu hari sebuah kejadian seakan menegurku dan mengingatkanku
Saat  beliau membelai wajahku dengan perlahan dengan tatapan matanya yang penuh kasih padaku, saat beliau dalam keadaan tak berdaya saat ku pikir akan kehilangan beliau,  saat ku benar-benar berharap padaNya untuk tidak mengambilnya sekarang.

Saat itu ku  benci diriku, ku kutuki diriku ini, sebagai orang yang tak tahu berterima kasih...
Bagaimana bisa aku menganggap beliau sebagai batu ganjalan dalam meraih mimpi-mimpiku...
sungguh aku tak berperasaan -astagfirullah...astagfirullah...astagfirullah-

Saat itulah kembali ku teringat akan sosok beliau yang selalu ada saat ku butuh, dan tak pernah membiarkanku merasa sendiri dan kekurangan kasih sayang, segalanya dia korbankan untuk kebahagiaanku, seakan tak peduli jika dirinya harus merasakan sakit, pedih atau takut, semuanya kembali lagi asal diriku bisa merasa bahagia. Aku terlalu dimanjanya, saat aku sibuk dengan sekolahku ia tak pernah mau menggangguku dan membiarkanku tuk melakukan pekerjaan rumah, walau ia sendiri sudah terlalu lelah. Tak pernah mengeluh sedikit pun di depanku, dan terus memberikan senyuman dan doanya. Sesuatu hal yang justru tak pernah ku dapat dari mama ku sendiri, Beliau adalah anugrah terindah yang diberikanNya untukku, Tak tahu apa jadinya aku jika beliau tidak ada.

Ku meminta maaf padanya dengan berurai air mata, sembari memohon padaNya untuk tidak mengambil dirinya sebelum ku bisa membuat beliau senang, nyaman dan bahagia.

Kini ku tak peduli lagi orang mau berkata apa padaku, karena sekarang ku ingin mendedikasikan hidupku untuk beliau, walau ia tak pernah mengatakannya, tapi saya yakin kalau beliau butuh diriku,

Hidup mati seseorang tak ada yang tahu, umur yang sudah tua tidak menjamin akan membuat dia pergi keribaanNya sebelum diri ini, dan begitu pun saya, tak ada yang bisa menjamin bahwa di usia muda, kematian tidak akan menghampiriku secepat itu. Jadi, selagi Allah masih memberikan kesempatan itu maka saya akan memanfaatkannya dengan baik, jangan sampai kan datang penyesalan pada diriku nanti dan membuat ku menghadapi situasi sulit yakni memaafkan diri ini sendiri karena keegoisanku.